Suasana deg-deg-plas sekian detik dan menit sebelum bersalaman dengan (calon) bapak mertua, kadang masih terasa ketika diundang ke acara sakral ini.
Saya mengingat tausiah dari seorang mubaligh yang menyatakan, 'jarak antara haram dan halal hanya 5 menit'. Hanya dipisahkan dengan yang namanya: akad nikah. Selepas akad nikah, status haram itu berubah jadi halal. Instant!
Awalnya dilirik aja gak boleh, setelah akad malah ada kewajiban menafkahi tak cuma lahir tapi juga batin.
Awalnya dibayangkan aja jangan, setelah akad malah wajib menjaga bara api nikah agar selalu menyala. #eciye
Iya, perubahan status itu hanya berjarak 5 menit.
Di tulisan saya ini, saya gak akan membujuk siapapun jejaka saleh maupun kembang saleha untuk segera menikah. Saat ini, saya mempercayai kalau menikah itu bukanlah ajang balapan. Layaknya, konsep kesuksesan secara umum, menikah bagi seseorang memiliki waktunya sendiri-sendiri.
Walau begitu, ketika kamu sudah mampu menikah -- bahkan sudah masuk klasifikasi wajib nikah -- percayalah, inilah waktu yang tepat.
Terakhir, saya kutipkan (entah siapa yang memulai) guyonan (tapi nyata) yang berbunyi,
Nikah itu gak enak.. tapi, enak banget.
Sekian.
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur: 32) - baca tafsirnya di sini
Posting Komentar