oRHbgJWzqDSgZSsRf3MPjqQl4rCQrxLQICf9zrlA

silaturahmi

Beberapa waktu yang lalu, saya dan istri -- entah gimana awal mulanya -- mendaulatkan diri jadi moderator dua pihak yang bertikai.

silaturahmi

Sebelum ngobrol lebih jauh..., perlu saya beritahu kalau:

  • Makna mendaulatkan di sini dilakukan karena sudah pergi jauh-jauh dari air, tapi keciprat melulu -- akhirnya memutuskan untuk ikut nyebur sekalian
  • Disebut bertikai juga sebenarnya tidak tepat, karena kedua pihak ini buat saya hanya salah paham saja -- tapi pada level yang membuat hati korosi

Prosesnya tentu tidak semudah yang akan saya sampaikan di sini, tapi kurang lebih saya melakukan:

  1. Berbicara pada pihak pertama
  2. Berbicara pada pihak kedua
  3. Merencanakan pertemuan tertutup antara pihak pertama dan kedua sepersetujuan kedua pihak
  4. Pasrah

Ketika saya mengundang kedua belah pihak -- alhamdulillah -- semua berniat baik mau datang dan mau meluruskan semuanya.

Yah.. tapi prosesnya gak semulus itu, ferguso~

Salah satu pihak sampai di jam yang dijanjikan, belum datang-datang. Kami (saya dan istri) karena ada kekhawatiran ini dan itu, sampai menyusun rencana tambahan -- kalau-kalau memang sampai pihak tersebut sampai tidak datang.

Alhamdulillah, qodarulloh, pihak yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Lengkap sudah.

Singkat cerita, masing-masing pihak berbicara, mengutarakan isi hati, dan mengeluarkan unek-unek yang selama ini (terpaksa) tak tersampaikan.

Di akhir pertemuan -- seizin Allah -- semua pihak merasa clear dengan apa-apa yang selama ini membingungkan, mengganjal, dan menjadikan diri berprasangka.

Pertemuan itu ditutup dengan saling memaafkan satu sama lain -- ditambah rikues saya untuk saling bersalaman satu sama lain. Biar tambah afdal.

Masyaa Allah, suasana harunya terasa sekali.

Dari momen hidup di atas, saya ingin berbagi hikmah yang saya temukan:

Berhati-hati ketika berucap

Sungguh yang namanya bahasa itu multi tafsir.

Dua orang yang bertemu tatap muka saja bisa saling salah paham karena satu-dua kata, apalagi yang berkomunikasi hanya lewat media -- atau tidak pernah bertemu.

Berhati-hati ketika mendengar

Sudah kesekian kalinya, pada prakteknya kalau mendengar suatu berita, sebaiknya "tidak ditelan langsung" itu jadi mutlak. Apalagi di zaman fitnah seperti ini.

TIPS: Semisal kamu mendengar suatu berita dan kamu memutuskan untuk percaya, saran saya -- tetaplah skeptis, dalam tataran wajar.

Hal ini dilakukan agar tidak terjerumus pada jurang bias yang menjadikan kamu memihak salah satu sisi.

Lebih baik lagi, kalau kamu memang bisa "menampung" berita tersebut di folder khusus dalam hatimu, yang pada saatnya nanti jika diperlukan, kamu bisa melakukan klarifikasi.

Memilih kawan yang baik

Sudah bukan rahasia, kalau salah satu kunci sukses adalah key of success dengan cara memilih kawan yang baik -- bahkan terbaik (baca: saleh).

Abaikan orang yang bilang dan mengkampanyekan "jangan pilih-pilih teman, bertemanlah dengan semua orang".

Ungkapan di atas itu buat saya jadi gugur, mengingat kapasitas orang berbeda-beda.

Ya, ada orang yang kuat berteman dengan preman tanpa terjerumus ke kebiasaan yang dilakukan preman tersebut. Bahkan, bisa mendakwahinya pada kebaikan. Alhamdulillah.

Tapi, kalau kamu belum sampai di level di atas, ya mending jauhi. Pilih kawan yang baik.

Dalam kasus yang saya ceritakan di awal, ada pihak ketiga yang berbicara "A" ke pihak pertama dan berbicara "B" ke pihak kedua.

Sudah bisa kamu tebak: kedua belah pihak jadi saling menyalahkan satu sama lain, saling curiga satu sama lain dimana pihak ketiga ini melenggang tanpa merasa bersalah. Parah.

Lalu, apa dengan mengetahui kenyataan ada kawan kamu yang berbuat seperti ini, kamu tetap mau berkawan dengannya?

Silakan memilih.

Kalau kamu kuat, dakwahi sekuatmu. Kalau enggak, pilihlah kawan yang lain.

Silaturahmi

Tercatat dalam KBBI, silaturahmi artinya tali persahabatan atau persaudaraan.

Tali.

Bisa putus, bisa renggang, bisa diikat atau dibuat simpul yang kuat.

Salah paham dalam komunikasi itu hal yang biasa terjadi. Apalagi, di era faceless seperti sekarang yang menjadikan bahasa tulis dan chat menjadi multi tafsir.

Nah, ketika salah paham itu terpaksa mencuat, solusi terbaik (versi saya) ya melangsungkan silaturahmi.

Dengan bertatap muka tentu saja. Langsung. Live -- tanpa sekat media, jarak atau waktu.

Semoga Allah berkenan menjaga keluarga saya, keluargamu, dan keluarga seluruh muslim di dunia untuk selalu dalam kebaikan. Di mana di dalamnya tentu ada kebaikan komunikasi di antara anggota keluarga.

Aamiin.

Dari Abu Hurairah, Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)

Posting Komentar

Silakan untuk berkomentar dengan santun. Akan kami jawab, apabila ada pertanyaan seputar artikel yang ditulis.