Hari Raya, bukan Hari Riya'!
Definisi
Raya menurut KBBI itu artinya besar, atau dengan kata lain hari raya itu berarti hari besar (umat Islam).
Nah, riya' merupakan salah satu varian penyakit hati yang berkaitan dengan amal seseorang. Yang dimaksud riya' adalah melakukan suatu amalan agar orang lain bisa melihatnya kemudian memuji dirinya.
CATATAN: Riya' ini beneran tergolong penyakit, penyakit hati tepatnya. Jadi, kalau kamu ngerasa sedang atau pernah melakukan sesuai definisi di atas, segera cari obat(hati)nya. TAUBAT. Kalau udah mendingan atau bahkan sembuh, berdoalah semoga Allah menjagamu dalam istikamah.
Lambat laun, seiring dengan perkembangan budaya pop dalam masyarakat Indonesia, kata riya' ini jadi melebar menggambarkan sifat buruk yang lebih universal: zuka vamer.
Wkwkwk.
Realita
Yah, ibarat lagu lama dalam kaset baru, cerita suka pamer ini akan selalu ada di setiap fragmen Lebaran masyarakat +62. Walau tidak mutlak.
Karena, menurut hemat saya, budaya pamer ini pasti selalu ada di belahan bumi manapun yang mana objek pamernya sangat variatif. Sebut saja:
- Manusia: istri ca'em, anak-anak (baik past/present/future), suami good-looking
- Kendaraan: mobil, motor, helikopter (yang ini keknya jarang sih yang punya)
- Prestasi: udah jadi menejer anu, udah diangkat jadi ve-en-es itu, dapet proyek zzz
- Status: belum atau sudah menikah (kamu udah belum?)
- Deeste, deelel, deelesbe
Yang dibahas semua adalah atribut dunia. Perhiasan dunia. Jelas -- berhubung saya juga manusia -- saya gak luput kok dari ujian ini. Hiks. (Semoga Allah melindungi saya sekeluarga)
Cermin
Ada DUA momen penting yang membuat saya sadar kalau rasa kepengin pamer ini memang harus diberantas sampai ke akar-akarnya:Yang pertama, dalam dunia ke-dunia-an dan ke-akhirat-an, selalu ada langit di atas langit.
Anggap elu gaji sekian puluh juta per bulan, ngobrol sama anak tetangga, pamer di situ. Eh.. ternyata doi gajinya sekian puluh juta per minggu, apa elu gak tengsin, boy?! Wkwk.
Pun, semisal kamu udah hafal juz'amma dan surat-surat pilihan Qur'an, bisa saja pemuda sederhana yang sedang kamu ajak bicara di depan kamu ternyata adalah qari terkenal yang jelas sudah hafal 30 juz bahkan presisi sampai halaman dan nomor ayatnya. Masyaa Allah..
Semoga Allah berikan perlindungan.
Yang kedua, parameter OK sesungguhnya itu takwa (dan hanya ditunjukkan kepada Allah)
Varian objek pamer yang tersebut di atas itu -- faktanya -- gak bakal direken sama Allah. Gak digubris. Kalau kamunya gak takwa.
Punya anak, kamu didik enggak dalam rangka bertakwa kepada Allah?
Punya mobil bagus, kamu pakai enggak dalam rangka bertakwa kepada Allah? (misal dipinjamkan untuk angkut jenazah, pergi kajian, dll)
Punya jabatan mentereng, kamu pakai enggak dalam rangka bertakwa kepada Allah? (misal kamu menggunakan kekuasaanmu untuk mengajak bawahanmu salat tepat waktu)
Alah.. kan sama aja, bisa aja pamer amal itu.
Nah, itu kan udah dibahas, definisi riya' di atas. Memang gak boleh kalau memang niatnya pamer.
Urusan niat mah, jelas cuma bisa Allah yang menilai. Ya udah, amal aja. Takwa aja. Pastikan ada Allah di setiap gerak dunia dan akhiratmu. Plus doa minta perlindungan dari hati yang riya' pada Allah.
Gitu.
Eh.. btw, kamu sudah pamer apa hari ini di Facebook? Wahahahaha.
Dari Mahmud bin Labid, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya yang paling kukhawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik ashgor.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik ashgor, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(Syirik ashgor adalah) riya’. Allah Ta’ala berkata pada mereka yang berbuat riya’ pada hari kiamat ketika manusia mendapat balasan atas amalan mereka: ‘Pergilah kalian pada orang yang kalian tujukan perbuatan riya’ di dunia. Lalu lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka?’ (HR. Ahmad 5: 429. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Posting Komentar